Emas Menyinar, Inflasi Tersamar: Sebuah Bukti Kenapa Emas Selalu Menang dari Inflasi

Kenaikan harga emas sering menjadi topik hangat di kalangan masyarakat, terutama di masa inflasi. Emas dianggap sebagai aset lindung nilai (safe haven asset) yang dapat melindungi kekayaan dari erosi nilai yang disebabkan oleh inflasi. Inflasi sendiri adalah kondisi di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode waktu. Inflasi mengurangi daya beli uang, sehingga aset-aset yang bernilai tetap, seperti emas, menjadi lebih menarik.

Pada beberapa tahun terakhir, harga emas mengalami kenaikan yang signifikan. Pandemi COVID-19, kebijakan stimulus ekonomi, dan suku bunga rendah telah menciptakan lingkungan yang mendukung kenaikan harga emas. Inflasi yang mulai meningkat pasca-pandemi juga menjadi faktor pendorong utama.

Berdasarkan data kenaikan harga emas yang dirilis oleh PT. Antam, emas mengalami kenaikan sebesar 60% dalam kurun waktu 5 tahun pada tahun 2018-2022. Harga logam mulia Antam pada tanggal 4 Mei 2018 tercatat pada angka Rp670.000/gram dan pada tanggal 4 Mei 2022 harga logam mulia Antam berada pada angka Rp1.077.000/gram. Data inflasi sendiri dari tahun ke tahun berada pada kisaran 5%.

Dengan kenaikan harga emas diatas, permintaan pasar untuk logam mulia sendiri terus meningkat. Oleh karena itu emas akan terus menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang ingin melindungi kekayaan dari erosi nilai yang disebabkan oleh inflasi.